Tragedi di SDN Kalibaru 01 Pagi: Mobil Pengantar Makanan Gratis Tabrak Siswa, 19 Orang Luka

Tragedi di SDN Kalibaru 01 Pagi – Insiden mengerikan terjadi di lingkungan SDN Kalibaru 01 Pagi, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, pada Kamis pagi (11 Desember 2025). Sebuah mobil pengantar program Makan Bergizi Gratis (MBG) menabrak gerbang sekolah dan menyeruduk para siswa yang sedang berkegiatan di lapangan. Kejadian ini mengakibatkan setidaknya 19 orang mengalami luka-luka dan telah dilarikan ke rumah sakit.
Kronologi Kejadian: Mobil Masuk Sekolah dan Menabrak Siswa
Berdasarkan kesaksian warga dan rekaman CCTV yang beredar, mobil jenis GranMax putih yang merupakan bagian dari armada pengantar program Makan Bergizi Gratis awalnya melaju dari arah jalan utama menuju gerbang sekolah sekitar pukul 07.38 WIB.
Baca Juga : Foto Presiden Prabowo dan Anies Baswedan Ngopi Bareng di Tenda Pengungsian Ternyata Editan, Ini Faktanya
“Dia langsung nabrak pintu, roboh langsung. Lalu mobilnya terus ke lapangan, dan siswa yang sedang duduk barisan langsung diseruduk. Ada yang keseret, ada yang luka cukup parah,” jelas Rahmat.
Rekaman CCTV menunjukkan dengan jelas saat mobil melaju tanpa kontrol, menghantam pagar, lalu menyeruduk sekelompok siswa yang sedang mengikuti kegiatan pagi di lapangan sekolah. Mobil tersebut baru berhenti setelah menabrak dinding sekolah.
Data Korban: 19 Orang Mengalami Luka, Dilarikan ke Rumah Sakit
Setelah kejadian, petugas Polsek Cilincing, tim Puskesmas Kalibaru, dan relawan dari masyarakat segera melakukan evakuasi. Sebanyak 19 korban luka, yang mayoritas adalah siswa sekolah dasar, langsung dilarikan ke dua rumah sakit terdekat: RSUD Koja dan RS Pelabuhan.
Hingga saat ini belum ada konfirmasi resmi mengenai kondisi masing-masing korban. Namun berdasarkan informasi awal, beberapa di antaranya mengalami luka serius dan harus mendapatkan perawatan intensif.
Polisi Lakukan Penyelidikan, Sopir Diamankan
Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya, AKBP Ojo Ruslani, mengatakan bahwa sopir mobil GranMax telah diamankan untuk diperiksa lebih lanjut. Polisi masih mendalami penyebab pasti kecelakaan, apakah karena kelalaian manusia, rem blong, atau faktor teknis lainnya.
“Kami telah mengamankan sopir dan kendaraan. Penyelidikan lebih lanjut akan mencakup uji kelayakan kendaraan dan pengambilan keterangan saksi di lokasi,” ungkap Ojo.
Ia juga menegaskan bahwa pihak kepolisian akan menindak tegas apabila ditemukan unsur kelalaian atau pelanggaran prosedur.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dalam Sorotan
Insiden ini menempatkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam sorotan tajam. Program yang bertujuan mulia untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak sekolah justru tercoreng oleh kecelakaan yang menelan korban anak-anak tak berdosa.
Publik kini menyoroti standar keamanan dan pelatihan pengemudi dari armada pengantar MBG. Banyak pihak meminta agar dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem distribusi makanan sekolah agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
Respons Warga dan Sekolah: Trauma dan Duka
Sejumlah orang tua siswa yang datang ke sekolah diliputi panik dan kesedihan. Banyak yang tak menyangka insiden tragis terjadi saat anak-anak mereka sedang menjalani aktivitas rutin sekolah.
“Kami berharap kejadian ini diusut tuntas, dan ada jaminan keamanan bagi anak-anak kami,” ucap salah satu orang tua yang tak mau disebut namanya.
Sementara pihak SDN Kalibaru 01 Pagi menutup sementara seluruh aktivitas sekolah pasca kejadian dan akan melakukan konseling kepada para siswa yang mengalami trauma.
Kesimpulan: Tragedi yang Harus Jadi Pelajaran
Kecelakaan tragis di SDN Kalibaru 01 Pagi menjadi alarm keras bagi seluruh pemangku kebijakan, terutama dalam hal keselamatan transportasi operasional di lingkungan sekolah. Evaluasi menyeluruh, peningkatan prosedur keamanan, serta pelatihan pengemudi harus menjadi prioritas ke depan.
Tragedi ini bukan hanya soal siapa yang bersalah, tetapi bagaimana memastikan anak-anak — sebagai generasi masa depan — terlindungi saat berada di tempat yang seharusnya paling aman: sekolah mereka sendiri.
